Mana bukti cintamu kepada Rasulullah saw?

Ketika pertanyaan diajukan kepada kita, akan muncul beberapa jawaban.
Paling tidak, ada tiga jawaban: Pertama, kita tidak boleh
mengkultuskan dalam mencintai Rasulullah saw. Kedua, kita wajib
mencintai Rasulullah saw tapi tidak boleh memusuhi sahabatnya. Ketiga,
kita wajib mencintai Rasulullah saw melalui cinta kepada Ahlul baitnya
(as) apapun resikonya.

Jawaban yang pertama: umumnya berdalih: Kita harus mencintai
Rasulullah saw tapi boleh mengkultuskannya. Tidak boleh melakukan
macam2 kecuali ada dalilnya di dalam Al-Qur’an dan ada contohnya dalam
sunnah Rasulullah saw. Kita mencintai Rasulullah saw cukup dengan
melakukan sunnahnya. Karena kita harus berpegang pada Al-Qur’an dan
sunnah.

Untuk jawaban yang pertama: jawaban anda perlu diperiksa dan diteliti
kembali. Jika yg dimaksud kultus itu mengagungkan dan menghormati yang
dikaitkan dengan rasa cinta. Maka itu suatu kewajiban bagi semua umat
Rasulullah saw. Jika yang dimaksudkan kultus itu menuhankan, maka
tidak seorangpun muslim yang menuhankan Rasulullah saw. Justru
sebaliknya, umumnya muslim yang sering melontarkan kata-kata kultus,
mereka itu mengkultuskan (menuhankan) dunia. Lihat saja buktinya raja2
arab dan pengikutnya, demi dunia tak perduli sahabat itu kafir dan
musuh Islam dan umatnya.

Saya setuju dengan kata “kultus”, tapi jangan diarahkan kepada
Rasulullah saw dan Ahlul baitnya (sa). Karena mereka tidak dipisahkan
dengan kebenaran dan keadilan Ilahi. Saya setuju jika kata “kultus”
itu diarahkan pada dunia, harta dan kedudukan. Dan ini sudah banyak
buktinya, lihat saja raja-raja arab dengan jubah2nya telah terjerumus
pada kezaliman dan menuhankan dunia dan harta. Mereka berjuang matian2
utk mendapatkan walaupun harus bermitra dg org2 zionis dan musuh
Islam, dan walaupun harus mengorbankan umat Islam. Buktinya lihat
korban umat Islam di Palestina. Jika seperti ini bukti kejadiannya
itu sangat layak menyandang kata “kultus” pada dunia dan harta.

Selain itu, anda sering mengatakan “harus ada contohnya dalam sunnah
Nabi saw”. Sunnah Nabi saw yang mana? Sumbernya banyak, bahkan sama2
bersumber dari sahabat saling bertabrakan satu dengan yg lain. Tidak
percaya? Baca saja secara teliti shahih bukhari dan Muslim, apalagi
dlm kitab2 hadis yang lain.

Untuk jawaban yang kedua: Mana mungkin cinta kepada Rasulullah saw
bisa disejajarkan dengan cinta kepada sahabat Rasulullah saw. Cinta
kepada Rasulullah saw tanpa syarat, sedangkan cinta kepada sahabat
juga pada muslimin yg lain harus pakai syarat, yaitu tidak dalam
maksiat kepada Allah swt. Cinta kepada Rasulullah saw dan Ahlul
baitnya (as) tanpa syarat seperti itu. Mengapa? Karena Rasulullah saw
dan Ahlul baitnya (as) makshum, tidak mungkin berbuat maksiat kepada
Allah swt. Bahkan cinta Rasulullah saw dan Ahlul baitnya (as) selalu
dikaitkan dengan cinta kepada Allah swt. Rasulullah saw bersabda:

“Al-Hasan dan Al-Husayn puteraku, barangsiapa yang mencintai mereka ia
mencintaiku, barangsiapa yang mencintaiku ia dicintai oleh Allah, dan
barangsiapa yang dicintai oleh Allah ia akan masuk surga. Barangsiapa
yang membenci mereka ia membenciku, barangsiapa yang membenciku ia
dibenci oleh Allah, dan barangsiapa yang dibenci oleh Allah ia pasti
masuk neraka.” (Mustadrak Al-Hakim 3: 166)

Al-Hakim mengatakan: Hadis ini shahih menurut persyaratan Bukhari dan
Muslim. Tapi mereka tidak meriwayatkan dalam kitabnya. Mengapa?
Sumber:
http://tafsirtematis.wordpress.com/2008/12/08/mencintai-al-hasan-dan-al-husein-mencintai-nabi-saw/

Jadi, bisa terjadi bahkan sering terjadi cinta kepada Rasulullah saw
dan Ahlul baitnya (as) bertabrakan dengan kepentingan sahabat Nabi
saw. Contohnya: saat terjadi perdebatan antara  antara Fatimah Az-
Zahra’ dengan Abu Bakar dan Umar bin Khaththab; Imam Ali bin Abi
Thalib (as) dengan Muawiyah; Imam Husein (as) dengan Yazid bin
Muawiyah.

Hati dan pikiran kita harus jujur kepada siapa kita berpihak? Karena
dalam pasti ada sangsi hukum di hadapan Allah swt. Mau netral, ada di
antara kedua? Imam Ali bin Abi Thalib (as) berkata: “Saat kebenaran
dan kebatilan berhadapan, maka yang netral dorong ke pihak musuh.”

Bahkan Abu Hurairah berkata bahwa saat Rasulullah saw memandang  Ali,
Fatimah, Al-Hasan dan Al-Husayn (as), beliau bersabda:

“Aku memerangi orang yang memerangi kalian (Ahlul bait), dan berdamai
dengan orang yang berdamai dengan kalian.” (Musnad Ahmad 2: 442, hadis
ke 9405)
Sumber:
http://tafsirtematis.wordpress.com/2008/11/13/nabi-saw-memerangi-orang-yang-memerangi-ahlul-bait-sa/

Dari hadis tersebut sudah jelas. Jika anda berpihak kepada sahabat
Nabi saw saat berhadapan dengan Ahlul baitnya (as), maka jelas anda
berhadapan dan menjadi musuh Rasulullah saw.

Adapun jawaban yang ketiga adalah kesimpulan dari bukan jawaban yang
pertama dan bukan jawaban yang kedua. Yakni mencintai Rasulullah saw
harus dibuktikan dengan kecintaan kepada Ahlul baitnya (as). Kecintaan
terhadap Ahlul bait Nabi saw harus dibuktikan dengan kebencian
terhadap musuh2nya. Karena musuh Ahlul bait (as) adalah musuh
Rasulullah saw, dan musuh Rasulullah saw adalah musuh Allah swt.

Zaid bin Arqam berkata bahwa Rasulullah saw bersabda kepada Ali,
Fatimah, Al-Hasan dan Al-Husayn (as):
“Aku memerangi orang yang kalian (Ahlul bait) perangi, dan berdamai
dengan orang yang kalian berdamai dengannya.” (Shahih At-Tirmidzi 2:
319, bab 61, hadis ke 3870)
Sumber:
http://tafsirtematis.wordpress.com/2008/11/13/nabi-saw-memerangi-orang-yang-memerangi-ahlul-bait-sa/

Jadi jika anda netral atau tidak perduli terhadap Ahlul bait (as) saat
berhadapan dg musuhnya, saat perang di Karbala antara Imam Husein (as)
vs Yazid bin Muawiyah. Maka dapatlah disimpulkan secara logis anda
adalah musuh Allah swt dan Rasulullah saw. Dan semua ibadah anda tidak
adanya gunanya, kecuali anda taubat dulu kepada Allah dengan taubat
nashuha. Jika tidak, dijamin pasti anda tidak mendapat syafaat
Rasulullah saw.

Dimanakah posisi Anda sekiranya perang di Karbala  antara pasukan Al-
Husayn bin Ali (as) melawan Yazid bin Muawiyah, terjadi sekarang?

Jawaban kita pasti dimintai pertanggung-jawaban di hadapan Mahkamah
Ilahi. Baik yang diucapkan dan dituliskan, mau yang diendapkan dalam
pikiran dan hati kita.

Semua organ kita lahir dan batin akan menjadi saksi: mata dan
telingan, tangan dan kaki, pikiran dan hati. Perlu kita ketahui bahwa
nurani kita tidak pernah berbohong dalam memberi jawaban kepada kita.
Yang berbohong itu adalah hawa nafsu kita.

Jawaban di sini jelas akan membuktikan siapa sebenarnya kita? Benarkah
kita mencintai Rasulullah saw? Dari jawaban inilah realitas kehidupan
kita yang sebenarnya di dunia dan di akhirat nanti, di neraka atau
surga. Tidak percaya? Kita buktikan nanti, kita pasti berjumpa di
Mahkamah Ilahi.

Tinggalkan komentar